Sabtu, 14 Mei 2011

Nurani Cinta yg HiLang

andai saja dosa bisa ditebus dengan air mata, ingin rasanya menangis disepanjang waktu, biarlah aku tenggelam dalam air mataku. atau jika dosa bisa pupus dengan penyesalan ingin rasanya kuungkapkan penyesalan disepanjang malam. tapi dosaku sudah diambang toleransi. masih adakah ampunan bagiku?
cinta telah menerbangkanku dalam angan tanpa batas. dunia yg dulu begitu indah kini hanya fatamorgana yg kudapat. angin sepoi-sepoi basah yg kunikmati ternyata menyimpan selaksa bara. aku terbakar cinta buta, hatiku hangus, impianku musnah. cinta tinggal puing-puing dan keindahannya berubah menjadi kenistaan. sebagai muslimah aku tahu pernikahan yg tidak diridlai orang tua itu tidak baik karena keridlaan orangtua adalah keridlaan allah. tapi sekali lagi, aku dibutakan oleh cinta. sosoknya telah menerbangkan nuraniku dan menjauhkanku dari akal sehat. akibatnya aku terhanyut dan tenggelam dilautan dosa yg teramat dalam. aku masih ingat saat orangtuaku shock sesaat mendengar aku lari dan menikah diam-diam dengan lelaki itu. sebagai muslim yg taat, ayahku tidak menerima kenyataan itu. sebelumnya ibu menasehatiku bahwa cinta bukan segala-galanya. cinta suatu waktu akan hilang. apalagi asal-usul keluarganya tidak jelas begitu pula pekerjaannya. dia orang seberang yg sulit dilacak. tapi nasehat ibu masuk dari telinga kanan dan keluar lagi dari telinga kiri. aku tidak menerima alasan apapun yg akan memisahkan cintaku dengannya. bagiku dia segala-galanya. lebih baik mati saja jika aku tak jadi nikah dengannya. akhirnya aku memilih minggat meninggalkan seluruh keluargaku dan menggapai cintanya. prahara terjadi menjelang setahun pernikahanku, suamiku tidak pernah pulang ke rumah. semula aku mengira mungkin hari berikutnya. tapi hari demi hari, minggu demi minggu berlalu penantian hanya tinggal penantian, suamiku tak kunjung pulang. aku sudah tanyakan pada teman-temannya, tapi tidak ada yg tahu bahkan mereka seolah tak peduli. tiga bulan lamanya aku menanti, tapi dia tak kunjung datang bahkan tidak ada kabar beritanya. akhirnya aku pasrah, mungkin dia memang telah pergi dan tak akan kembali atau mencari bunga lain sebagai korbannya, atau... wallaua'lam. dalam sujud panjangku, di atas sajadah biru bathinku histeris memohon dibukakan pintu ampunan. semoga malam menjadi saksi akan ketulusan hatiku. satu-satunya harapanku kini, orangtuaku mau memaafkanku dan menerimaku kembali. mungkinkah...???

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Dear Diary Blogger Template